15 August 2010

Indikator Sukses Meraih Keutamaan Ramadhan


“Berapa banyak orang yang berpuasa namun ia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga…” (HR. Bukhari dan Muslim)


Hadith Rasulullah tersebut harusnya dapat membangkitkan kewaspadaan kita untuk tidak terjerumus ke dalamnya. Berikut ini adalah antar perkara yang patut direnungkan agar kita tidak termasuk dalam kalangan orang2 yang dimaksudkan dalam hadith Rasulullah tersebut.

Sepuluh indikator sukses meraih keutamaan Ramadhan :


1. Memperbanyakkan ibadah di bulan Sya’ban


Ibadah sunat di bulan Sya’ban berfungsi sebagai pemanasan bagi rohani dan jasmani untuk menyambut bulan Ramadhan. Berpuasa sunat, memperba-nyak solat, tilawah Al-Quran sebelum Ramadhan, akan menjadikan suasana hati dan tubuh kita kondusif untuk melaksanakan ibadah di bulan puasa. Itulah hikmahnya kenapa Rasulullah SAW dalam haditth riwayat Aisyah ini, disebutkan paling banyak melakukan puasa di bulan Sya’ban. Yang ni mungkin dah lepas lah.


2. Memenuhi target pembacaan Al-Quran


Orang yang berpuasa di bulan ini, sangat digalakkan mambaca Al-Quran yang lebih banyak dari bulan-bulan sebelumnya. Secara asasnya, kita harus mampu mengkhatamkan sekali dalam bulan ini karena memang itulah target minimum pembacaan Al-Quran yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.


3. Memelihara lidah


“Bila salah seorang dari kalian berpuasa maka hendaknya ia tidak berbicara buruk dan aib. Dan jangan berbicara yang tiada manfaatnya dan bila dimaki seseorang maka berkatalah, “Aku berpuasa.” (HR. Bukhari)


4. Menjaga pandangan dari yang haram


Puasa tidak memberi erti kepada pelakunya yang tidak memelihara pandangan. Tambahan pula, hampir2 puasanya tak memberi kesan apapun dalam pembaikan diri. Kerana, boleh jadi puasanya secara hukum adalah sah, tapi apa sebenarnya intipati puasa itu sendiri tidak tercapai.


5. Menghidupkan malam dengan ibadah


Salah satu ciri khas bulan Ramadhan adalah Rasulullah menganjurkan umatnya untuk menghidupkan malam dengan solat dan doa2 tertentu. Tanpa menghidupkan malam dengan ibadah tarawih, tentu seseorang akan kehilangan momentum berharga yang terbina sejak sekian lama.


6. Tidak makan berlebihan di saat berbuka


Jika waktu berbuka puasa menjadi waktu melahap semua keinginan nafsunya yang tertahan sejak pagi hingga petang atau dengan kata lain menjadikan saat berbuka sebagai kesempatan “balas dendam” dari kempen menahan lapar dan dahaga sepanjang hari, maka nilai pendidikan puasa akan hilang. Puasa pada hakikatnya adalah untuk membentuk jiwa dalam mengendalikan diri dan menahan hawa nafsu. Hasil pendidikan itu akan tercermin dalam peribadi orang yang lebih mampu bersabar, menahan diri, tawakkal, pasrah, tidak emosional, tenang dalam menghadapi berbagai persoalan. Puasa menjadi kecil tak bernilai dan lemah unsur tarbiyahnya ketika upaya menahan dan mengendalikan nafsu itu hancur oleh keinginan nafsu yang dihempaskan waktu berbuka.


7. Mengoptimumkan infaq


Rasulullah SAW, seperti digambarkan dalam hadith menjadi peribadi yang paling pemurah dan dermawan di bulan Ramadhan. Di bulan inilah, satu amal kebajikan bernilai puluhan bahkan ratusan lipat kali ganda jika hendak dibandingkan bulan-bulan lain. Momentum seperti ini sangat berharga dan tidak boleh disia-siakan.


8. Memperbanyak ibadah di 10 hari terakhir


Rasulullah dan para sahabat mengkhususkan 10 hari terakhir untuk beriktikaf di masjid, meninggalkan semua kesibukan duniawi. Mereka memperbanyakkan ibadah, dzikir dan beruusaha meraih keutamaan malam seribu bulan, waktu diturunkannya Al-Quran. Pada detik-detik terakhir penhujung Ramadhan, mereka merasakan kesedihan yang teramat mendalam kerana harus berpisah dengan bulan mulia ini. Ada juga diantara mereka menangis kerena akan berpisah dengan bulan ini. Ada juga yang mengeluh mahukan bulan ini berlangsung sepanjang tahun.


9. Tidak melakukan maksiat lagi selepas Ramadhan


Jangan memandang Idul Fitri dan selanjutnya sebagai hari “merdeka” dari penjara untuk kembali melakukan berbagai perkara sesuka hati. Orang yang berpuasa dengan baik tentu tidak akan merasakan Ramadhan sebagai sebuah penjara yang mengikat dirinya dari berbuat kemungkaran.


10. Memelihara kesinambungan ibadah selepas Ramadhan


Amal-amal ibadah selama sebulan Ramadhan, adalah bekal kolektif agar rohani dan keimanan seseorang meningkat untuk menghadapi sebelas bulan selepasnya. Tetapi, orang akan gagal meraih keutamaan Ramadhan, saat ia tidak berupaya menghidupkan dan melestarikan amal-amal ibadah yang pernah ia jalankan dalam satu bulan itu selepas tamatnya Ramadhan.


[Zubayr] Moga2 isi rumah kita dipenuhi dengan amal2 yang bermanafaat seiring mengukir bi'ah solehah yang diredhai-Nya...


Barakallahu fiikum...

0 comments:

Related Posts with Thumbnails